![]() |
SUARAaktual.co | Serang - Dengan adanya
peristiwa pembakaran bendera yang bertuliskan kalimat tauhid pada tanggal 22
oktober yang lalu, Ribuan jama' ah yang terdiri dari berbagai elemen ormas
maupun dari ponpes dan santri se-provinsi Banten tumpah ruah memadati
alun-alun kota serang yang mengatas namakan FORUM PERSAUDARAAN UMMAT ISLAM
BANTEN (FPUIB) Rabu, (24/10/18).
Mereka menuntut tentang pembakaran bendera tauhid agar pelaku pembakaran di
hukum dengan seberat-beratnya.
Dalam tuntutannya, kordinator aksi dari FPUIB Al fakir abu wildan
menegaskan Bendera yang bertuliskan kalimat tauhid yang di bakar oknum banser
adalah milik umat islam bukan milik organisasi tertentu ,oleh karena itu
martabat dan kemulyaannya wajib dijaga oleh seluruh elemen ummat islam, itu
tindakkan melanggar hukum dan tidak dibenarkan dengan dalih apapun oleh karena
itu pelakunya harus dihukum dengan pasal penodaan dan pelecehan terhadap ajaran
agama.
![]() |
kami menuntut kepada pelaku pembakaran bendera tauhid agar bertaubat dan
berjanji untuk tidak mengulanginya, kami juga meminta kepada pimpinan nasional
Banser untuk meminta maaf secara terbuka atas tindakan keliru yang dilakukan
anggotanya kepada seluruh ummat islam dan tidak mengeluarkan
pernyataan-pernyataan provokatif yang merendahkan pembela kalimat tauhid serta
menyudahi tindakkan persekusi terhadap symbol-simbol islam yang bertuliskan
kalimat tauhid,menolak tindakkan Banser yang selama ini telah mengambil alih
wewenang kepolisian Republik indonesia dalam melakukan tindakkan yang
mengatasnamakan penertiban dan pengamanan.
“Kepada kepolisian agar bersikap netral dalam menangani perkara ini, meminta
kepada menkopolhukam untuk bertindak adil dan tidak diskriminatif dan
bersungguh-sunggu menyelesaikan persoalan ini dengan serius dan meminta kepada
menkopolhukam agar Banser yang telah berulangkali terbukti melakukan tindakkan
yang melanggar keamanan dan ketertiban umum tersebut agar ditindak berdasrkan
UU ormas Nomor 16 tahun 2017.”
Ditempat terpisah yang tak jauh dari aksi tersebut, pengasuh pondok
pesantren ardaniyah kH. Sudrajat ardhani mengatakan bahwa kalimah tauhid'
lailahailallah muhammadarasulallah adalah di atas segalanya mau jabatan apapun
yang kita punya tak pernah seimbang dengan kalimat tauhid. Saya beserta
teman-teman meminta kepada pemerintah agar bersikap adil dan tegas dalam
mengambil sikap jangan biarkan salah satu ormas menguasai dan mengambil
wewenang kepolisian dengan dalih penertiban keamanan dan di susupi dengan
adanya kepentingan, pungkasnya.
(ycy)