SUARAaktual.co | Pekanbaru - Sejak diberlakukannya status Siaga Darurat Karhutla 19 Februari lalu, Masyarakat Riau, khususnya daerah pesisir mulai menuai berbagai Penyakit akibat polusi udara asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Data yang didapat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau menyatakan Karhutla yang terjadi sejak Januari hingga Februari 2019 luasnya sudah mencapai 1.136 hektare.
Kepala Dinas Kesehatan Riau Mimi Nazir, Selasa (26/2/2019), mengatakan warga yang paling banyak menderita akibat polusi udara asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) berada di Kota Dumai.
Menurut Mimi Nazir, untuk Kota Dumai Paling banyak menderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) 2.199 orang, pneumonia ada tujuh orang, asma 52 orang, iritasi mata 58 orang, dan iritasi kulit 28 orang.
Kemudian disusul Kabupaten Bengkalis warga terkena ISPA 247 orang, asma (15), pneumonia (4), iritasi mata (24), dan iritasi kulit (13). Warga yang menjadi korban asap di Kabupaten Rohil sebanyak 42 orang terkena ISPA, asma (4), mata (8), dan iritasi kulit (16).
Tim krisis kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau saat ini sudah berada di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis. Tim membawa sejumlah bantuan untuk warga yang terpapar asap kebakaran hutan dan lahan (Karhutla).
Riau sudah berstatus Siaga Darurat Karhutla sejak 19 Februari hingga delapan bulan ke depan. Kebakaran lahan gambut terus membara, terutama di daerah pesisir.
BMKG Stasiun Pekanbaru yang memantau melalui citra satelit Terra Aqua pada Selasa pagi pukul 06.00 WIB menunjukan ada 23 titik panas di Riau. Titik panas tersebar di Bengkalis ada 5 titik, Indragiri Hilir (2), Pelalawan (8), Siak (7), dan Dumai (1).
Titik panas dengan tingkat keakuratan di atas 70 persen, atau benar-benar titik api kebakaran ada 14 titik. Lokasinya di Bengkalis 3 titik, Pelalawan (7), dan Siak (4).
(Ferry Anthony).