WAB: Tekad Saya Berjuang untuk Kepentingan Riau
PEKANBARU,SUARAAKTUAL - Calon Legislatif untuk DPR RI No Urut 2 dari Partai Amanat Nasional (PAN), Drs H Wan Abu Bakar MSi terus berjuang untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat Riau. Khususnya masyarakat di Daerah Pemilihan Riau 1, Pekanbaru, Siak, Meranti, Bengkalis, Dumai, Rokan Hilir dan Rokan Hulu.
Memperjuangkan kepentingan daerah sudah menjadi tekadnya jika kembali duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) pada Pemilu serentak 2019 nanti. Sebagaimana diketahui, Wan pernah duduk di kursi DPR RI pada Pemilu 2009-2014. Saat itu bendera yang diusungnya Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Kini, dibawah panji PAN Wan mencoba keberuntungannya untuk kembali terpilih sebagai anggota DPR RI.
Menurut Wan, alasan kuat dirinya untuk kembali mencalonkan diri karena prihatin atas pertumbuhan dan perkembangan daerah yang terhambat. Katanya, mandeknya aliran dana pusat ke daerah adalah salah satu penyebab daerah Riau lambat pertumbuhan pembangunannya.
"Semua itu tersebab minimnya perjuangan para wakil Riau yang duduk di Senayan. Kurangnya lobi ditambah surutnya perjuangan untuk mendapatkan uang pusat, menjadi sesuatu yang tak terbantahkan. Bukan tak ada perjuangan itu, tapi suara kita yang sedikit juga menjadi penyebabnya. Lima tahun saya pernah duduk disana, tapi tak bisa berbuat banyak karena kita yang hanya sebelas orang tak satu pendapat. Akibatnya, apa yang kita suarakan menjadi sia sia," ungkap Wan Abu Bakar, beberapa waktu lalu.
Disebutkan mantan Gubernur Riau ini lagi, banyak isu isu daerah yang muncul namun tak terselesaikan. Misalnya, soal pemerataan, dana bagi hasil, dan lain sebagainya yang harusnya menjadi tanggungjawab para wakil rakyat di senayan.
"Menjadi wakil rakyat di DR RI merupakan tanggungjawab berat, yang mengarahkan segala upaya pemikiran serta ketulusan hati untuk memperjuangkan nasib Riau di Jakarta. Memperjuangkan kembali hak rovinsi Riau, hak masyarakat Riau yang selama ini mungkin terabaikan oleh pemegang kekuasaan. Riau memang kaya dengan minyak, gas alam dan tambang, tapi justru di Riau ini masyarakat menjadi susah," ucap Wan.
Menurutnya, perlu keadilan dalam mendistribusikan dana APBN dari hasil potensi alam agar dapat dinikmati masyarakat. "Riau memang kaya dengan hamparan kelapa sawit, kelapa dan karet yang begitu luas, tetapi hidup petaninya semakin sulit karena harga jual yang rendah dan tak menentu. Potensi Riau yang besar ini ternyata belum mampu menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat. Sekitar 7,39 persen atau lebih kurang 500 ribu penduduk Riau masih hidup dalam kemiskinan," tegasnya.
Dia juga menilai pembangunan infrastruktur dasar yang belum merata, sehingga butuh anggaran pembangunan yang besar untuk tersedianya air bersih, listrik, pembangunan dan perbaikan jalan yang rusak. "Riau tidak boleh lagi dipandang sebelah mata oleh pusat. Oleh sebab itu, Riau harus memiliki posisi yang starategis, yang dapat menegakkan kembali marwah Riau," tegas Wan.(ysr)