![]() |
Warga mengantre air bersih dropping dari BPBD Kabupaten Bojonegoro. (Foto: Ainur Rofiq) |
SUARAaktual.co
| Bojonegoro –
Beberapa
desa di Bojonegoro telah terdampak kekeringan. Akibatnya warga pun mulai
kesulitan air bersih.
Kesulitan air bersih saat ini telah dirasakan masyarakat Bojonegoro di antaranya di Desa Bakulan dan Desa Dampet, Kecamatan Temayang; Desa Sumberjokidul, Kecamatan Sukosewu; Desa Tlogohaji, Kecamatan Sumberrejo; dan Desa Tengger, Kecamatan Ngasem.
Kekeringan juga dirasakan warga Desa Sugihwaras dan Desa Jumok di Kecamatan Ngraho serta beberapa desa lainnya.
Kesulitan air bersih saat ini telah dirasakan masyarakat Bojonegoro di antaranya di Desa Bakulan dan Desa Dampet, Kecamatan Temayang; Desa Sumberjokidul, Kecamatan Sukosewu; Desa Tlogohaji, Kecamatan Sumberrejo; dan Desa Tengger, Kecamatan Ngasem.
Kekeringan juga dirasakan warga Desa Sugihwaras dan Desa Jumok di Kecamatan Ngraho serta beberapa desa lainnya.
Persoalan bertambah
ketika Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro hanya
bisa melakukan distribusi dropping air bersih ke dua lokasi saja dalam sehari
karena terkendala truk tangki.
"BPBD
telah menyalurkan dropping air bersih ke beberapa wilayah kekeringan. Namun
karena terkendala truk tangki maka sementara hanya dua lokasi tiap
harinya," ujar Plt Kepala Pelaksana BPBD Bojonegoro, Nadif Ulfia kepada detikcom, Senin (3/9/2018).
Menurut Nadif, wilayah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Bojonegoro tahun ini berpotensi bertambah jumlahnya karena berdasarkan data tahun 2017, ada 26 desa dari 10 kecamatan di Bojonegoro yang dilanda kekeringan.
Menurut Nadif, wilayah yang terdampak kekeringan di Kabupaten Bojonegoro tahun ini berpotensi bertambah jumlahnya karena berdasarkan data tahun 2017, ada 26 desa dari 10 kecamatan di Bojonegoro yang dilanda kekeringan.
Sementara
itu, sejumlah warga Desa Bakulan dan Dampet mengaku kekeringan merupakan hal
yang lumrah di musim kemarau. Untuk memenuhi kebutuhan harian, mereka harus
mengambil air embung sejauh 3 km.
"Sudah jadi langganan sulit air di sini kalau musim kemarau. Sumur-sumur juga sudah semakin kering. Saat ini terpaksa ambil air dari embung yang biasanya digunakan warga untuk mengairi sawah," kata salah satu warga Mutakin, warga Dampet.
Warga sendiri mengaku mengalami kesulitan air bersih sejak 1-2 bulan yang lalu. Setiap hari warga harus bolak-balik mengambil air dengan jeriken dua sampai tiga kali sehari tergantung kebutuhan. Air dari embung ini digunakan untuk keperluan mandi, mencuci dan memberi minum ternak. Sedangkan untuk air bersih yang akan digunakan minum dan memasak, warga harus membeli air dari tetangga yang sumurnya masih mengeluarkan air atau membeli air isi ulang di warung.
"Sudah jadi langganan sulit air di sini kalau musim kemarau. Sumur-sumur juga sudah semakin kering. Saat ini terpaksa ambil air dari embung yang biasanya digunakan warga untuk mengairi sawah," kata salah satu warga Mutakin, warga Dampet.
Warga sendiri mengaku mengalami kesulitan air bersih sejak 1-2 bulan yang lalu. Setiap hari warga harus bolak-balik mengambil air dengan jeriken dua sampai tiga kali sehari tergantung kebutuhan. Air dari embung ini digunakan untuk keperluan mandi, mencuci dan memberi minum ternak. Sedangkan untuk air bersih yang akan digunakan minum dan memasak, warga harus membeli air dari tetangga yang sumurnya masih mengeluarkan air atau membeli air isi ulang di warung.
(lll/lll)
Sumber
: detikcom