Adiatma menambahkan, konsumsi diproyeksi avtur mencapai puncaknya pada H-5 dan H+7 Idul Fitri 2018. Meski demikian, langkah kesiapan sudah dilakukan untuk memastikan kelancaran pasokan bahan bakar pesawat tersebut.
Kenaikan avtur selama arus mudik 2018 diperkirakan meningkat sekitar 5 persen dari rata-rata normal 15.606 KL per hari menjadi 16.333 KL per hari.
“Pada puncaknya pada H-5 Idul Fitri kami perkirakaan konsumsinya mencapai 17.388 KL per hari, sebagaimana tahun-tahun sebelumnya pemudik menggunakan pesawat udara selalu melakukan perjalanan mendekati lebaran,” imbuh Adiatma.
Untuk menjaga stok avtur, sejak H-30 Pertamina menambah frekuensi supplai tanker ke Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) maupun Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM). Pertamina juga memastikan kesiapan dan kehandalan sarana dan fasilitas di DPPU, memastikan kesiapan RAE Supply (Regular, Alternative & Emergency) dimana seluruh Region melakukan simulasi RAE di wilayah masing-masing, khususnya untuk DPPU utama yang menjadi jalur mudik, baik di wilayah Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
Untuk wilayah Jakarta, Bandara Soekarno Hatta dan Halim Perdana Kusuma diperkiraaan mengalami peningkatan besar, karena menjadi konsentrasi pemudik dari Jakarta ke berbagai daerah lainnya.
Di saat yang sama, pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terus mendorong dan memastikan penyediaan LPG dan Avtur bagi kelancaran dan pemenuhan kebutuhan masyarakat selama Ramdan dan Idul Fitri 2018. Hal ini diungkapkan oleh Staff Khusus III Menteri BUMN, Wianda Pusponegoro pada Jumat (25/05/2018).
“Kami terus mendorong dan memastikan bahwa Pertamina dapat menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal penyediaan LPG selama Ramadan dan Lebaran nanti. Juga dalam hal kelancaran moda transportasi udara, penyediaan avtur juga kita jamin sehingga masyarakat atau pemudik bisa terlayani dengan baik,” ungkap Wianda.
(frs/id)