
SUARAaktual.co | Jakarta -
Perbankan menyambut baik penerbitan kembali instrumen Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Salah satunya karena instrumen ini dapat memberikan alternatif bagi bank untuk mengelola kelebihan likuiditasnya.
''Bank-bank Himbara termasuk BNI ikut berpartisipasi dalam lelang SBI perdana kemarin, kalau dilihat dari bidding yang masuk dalam lelang kemarin cukup tinggi, namun masih didominasi perbankan domestik,'' ujar Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Anggoro Eko Cahyo, seperti dilansir dari Tempo, Rabu 25 Juli 2018.
Hal senada disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Haryono Tjahjarijadi berujar SBI dapat membantu menjaga ketersediaan likuiditas di pasar. ''Perbankan domestik jadi punya instrumen penempatan dana yang bervariasi, dan kami selalu ikut lelang surat berharga untuk penempatan kelebihan likuiditas kami,'' ucapnya.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsyah membenarkan jika di pasar perdana kemarin mayoritas dibeli oleh bank domestik. ''Nanti di pasar sekunder baru bisa diperjualbelikan dengan pihak asing termasuk bank asing,'' katanya. Sebelum SBI diaktivasi kembali, perbankan menurut Nanang banyak yang menempatkan dananya di deposit facility. ''Sekarang ada sekitar Rp 38 triliun yang menempatkan di sana.'' Dia melanjutkan kondisi likuiditas antar bank juga berbeda-beda.
Nanang mengatakan perbankan juga memiliki preferensi dalam menggunakan kelebihan likuiditasnya. Menurut dia perbankan yang likuiditas berlebih cenderung banyak menggunakan instrument penempatan dana di bank sentral, dibandingkan menyalurkannya ke perbankan lain yang lebih membutuhkan.
Seperti diketahui, profil likudiitas perbankan saat ini berbeda bergantung pada jenis BUKU nya, di mana likudiitas bank BUKU III dan IV cenderung berlebih dan longgar, sebaliknya bank BUKU I dan II relatif ketat. ''Kami melihat pasar keuangan kita masih tersegmentasi, jadi likuiditas tidak mengalir secara optimal antar perbankan, transaksi pasar uang antar bank masih belum banyak,'' katanya.
Kebijakan penempatan dana tersebut menurut Nanang disesuaikan pada karakteristik manajemen likuiditas masing-masing bank. Dia menambahkan bank sentral juga berupaya untuk terus menjaga suku bunga pasar uang antar bank tenor overnight agar bergerak di sekitar suku bunga kebijakan 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 5,25 persen.
Nanang pun membantah jika ada perbankan yang menggunakan instrumen lending facility maka dapat diartikan bahwa likuiditas bank tersebut sedang ketat ''Karena bisa saja bank tersebut masuk ke sana karena ada mismatch harian, dan tidak sembarangan bank yang bisa masuk hanya bank yang punya tabungan SBN atau SBI yang bisa masuk, dan kondisi pinjamannya sekarang posisinya 0 kok,'' katanya.
Ekonom PT Bank Central Asia (Tbk) David Sumual mengamati beberapa kali tren suku bunga di pasar uang antar bank memang cukup tinggi. Sehingga opsi instrument lain untuk menambah likuiditas bagi perbankan selain deposit facility adalah melalui pasar repo.
''Bank-bank juga biasanya membuat limit dan rating di kriteria masing-masing kalau ada bank yang dianggap berisiko karena NPL-nya naik ini jadi pertimbangan untuk lebih memilih menempatkan dananya di Bank Indonesia, tapi kalau kondisi likuiditas lagi bagus tidak ketat pasar uang antar bank juga normal dan likuid,'' ucapnya.