SUARAaktual.com | Kabupaten Kampar - Perbuatan selaku publik figur atau pemimpin disuatu institusi pemerintahan, prilaku buruk Kepala Desa Gading Permai, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, bernisial W (50) tidak bisa dijadikan panutan oleh masyarakatnya.
Sebab, perbuatan asusila dengan menghamili seorang wanita cafe yang tidak lain warganya sendiri itu membuat bahan perbincang di desa kususnya dan juga di Kabupaten Kampar umumnya.
Terkait dengan isu yang beredar ditengah-tengah masyarakat itu, juga diakui oleh kades saat diwawancarai SUARAaktual beberapa minggu yang lalu di kantor Camat Kampar Kiri Hilir.
" Benar perbuatan kilaf itu saya lalukan. Namun saat ini perkara itu telah diselesaiakan dengan cara kekeluargaan," ungkap W dengan nada agak sedikit mengeluh.
Diceritakan W, kejadian itu berawal saat dirinya ada hubungan kusus dengan seorang wanita pelayan cafe--menurut sebagian warga desa wanita itu merupakan keturunan Nias.
Dilanjutkan W, sekian lama hubungan itu terjalin. Maka mereka berdua berinisiatif untuk bertemu di Pekanbaru, ketika itu bulan pertengahan 2015 lalu. Selanjut itu pertemuan itu tidak disia-siakan oleh sang kades.
Kedua cucu adam itu sepakat untuk melanjutkan hubunganya ke salah satu penginapan di Kota Bertuah. Ketika menginap itulah mereka melakukan hubungan layaknya suami istri yang membuat perut wanita keturunan Nias menggelembung.
Tidak hanya sampai disitu saja, sepandai-pandai tupai meloncat pasti akan jatuh juga. Begitu juga dengan pepatah yang satu ini ' sepandai-pandai menyimpan bangkai pasti lama lambat akan tercium juga' .
Kedua pepatah diatas itu tepat ditujukan kepada kades tersebut, perempuan yang ia hamili menuntut pertanggungjawaban. Hingga perbuatanya, ketahui oleh keluarga sang kades hingga ke masyarakat luas. Padahal mereka telah berusaha menutupi aibnya.
" Ampun saya, sudah tidak bumi lagi saya pijak kampung Gading Permai itu, saya sudah malu. Malu saya karena anak saya juga ada yang perempuan," ujar Kades dengan rambut kusut menjawab pertanyaan wartawan.
Diakuinya lagi, dirinya mengaku menyesal atas perbuatanya. Namun merasa sesal itu tidak akan terapusan dengan perbuatanya " Kini saya tidak lagi memikirkan jabatan saya selaku kepala desa. Tetapi kini saya bagai mana menutup aib yang saya perbuat depan saudara dan keluarga," terangnya.
Bahkan terkait dengan permasalahan ini, W juga telah berkali-kali dipanggil pihak kecamatan. Hingga berita ini dinaikan pihak camat tidak bisa dijumpai.
" Maaf bapak camat dirumah, kemungkinan ia tidur. Biasanya tidak bisa diganggu," tutur salah seorang pria yang diketahui sebagai Satpol PP itu-- Padahal saat itu waktu menunjukan masih jam dinas.[ Liputan Ton ]