![]() |
Ilustrasi. (Foto Yudistiro Pranoto)
|
Data Bloomberg pada pukul 09.56 WIB menunjukkan, rupiah terapresiasi 55 poin atau 0,38 persen menjadi Rp14.246 per dolar AS dari sesi terakhir pekan lalu Rp14.301 per dolar AS. Laju pergerakan harian rupiah tercatat R14.237-14.270 per dolar AS dengan level pembukaan di Rp14.270 per dolar AS.
seperti dilansi dari iNews.id, Yahoo Finance mencatat, rupiah menguat 55 poin atau 0,38 persen menjadi Rp14.245 per dolar AS dari posisi terakhir pekan kemarin Rp14.300 per dolar AS. Saat dibuka, rupiah diperdagangkan di Rp14.335 per dolar AS dengan rentang pergerakan harian Rp14.225-14.335 per dolar AS.
Berdasarkan laporan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah menguat 87 poin menjadi Rp14.252 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.339 per dolar AS.
Sebagai informasi, kurs dolar AS jatuh terhadap mayoritas mata uang karena investor lebih memusatkan investasinya ke aset yang lebih berisiko. Peralihan investor tersebut seiring langkah AS dan China yang melakukan gencatan senjata dalam perang perdagangan.
Mengutip Reuters, Senin (3/12/2018), Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada Presiden China Xi Jinping di pertemuan KTT G20, Argentina bahwa tidak akan meningkatkan tarif impor sebesar 25 persen atau senilai 200 miliar untuk barang Tiongkok pada 1 Januari.
China dan AS akan mencoba menjembatani perbedaan pandangan melalui pembicaraan baru dalam jangka waktu 90 hari.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, diperdagangkan turun 0,13 persen ke 97,14.
Mata uang berisiko seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru, masing-masing menguat lebih dari 0,5 persen, sementara mata uang safe haven seperti yen dan franc Swiss diperdagangkan melemah.
Dolar AS melemah 0,54 persen terhadap yuan. Sementara dolar AS menguat 0,2 persen terhadap yen Jepang menjadi 113,68 yen. Euro menguat 0,16 persen menjadi 1,1333 dolar AS di tengah aksi jual greenback.
Pound Inggris diperdagangkan lebih lemah bergerak di 1,2740 dolar AS atau melemah sekitar 0,1 persen. Sterling telah membukukan kerugian selama tiga pekan berturut-turut karena para investor bertaruh bahwa Perdana Menteri Inggris Theresa May tidak akan dapat meneruskan transaksi Brexit melalui parlemen pada 11 Desember.