![]() |
Menhan Israel, Avigdor Lieberman. (Foto:AFP/JALAA MAREY) |
SUARAaktual.co | Israel - Pemerintahan Israel terancam bubar karena rontoknya koalisi penyokong Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akibat tidak satu suara soal perang Gaza. Netanyahu lantas memohon partai-partai untuk tidak keluar dari koalisinya demi mencegah pemilu dini.
"Saya berbicara dengan seluruh kepala koalisi. Saya katakan kepada mereka ini saatnya menunjukkan tanggung jawab, jangan membubarkan pemerintahan, terutama di masa-masa sensitif-keamanan seperti sekarang," kata Netanyahu dalam pernyataannya usai bertemu pimpinan koalisi pada Minggu (18/11), dilansir Reuters.
"Saya berbicara dengan seluruh kepala koalisi. Saya katakan kepada mereka ini saatnya menunjukkan tanggung jawab, jangan membubarkan pemerintahan, terutama di masa-masa sensitif-keamanan seperti sekarang," kata Netanyahu dalam pernyataannya usai bertemu pimpinan koalisi pada Minggu (18/11), dilansir Reuters.
Dalam pertemuan tersebut, Netanyahu juga menyatakan akan mengisi posisi Menteri Pertahanan yang ditinggalkan Avigdor Lieberman pekan lalu. Lieberman menyatakan mundur setelah Netanyahu meneken gencatan senjata dengan Hamas di Gaza, mengakhiri baku tembak roket dalam beberapa pekan terakhir.
Mundurnya Lieberman dimaknai sebagai kemenangan bagi Gaza, dirayakan dengan turun ke jalan dan membagikan permen. Lieberman sendiri mengatakan dengan gencatan senjata itu, berarti Israel telah "menyerah".
Menurut Lieberman gencatan senjata akan membuat Hamas semakin kuat dan mengancam warga Israel di perbatasan. Mundurnya Lieberman juga berarti keluarnya partai pimpinannya, Yisrael Beiteinu, dari koalisi Partai Likud yang dipimpin Netanyahu.
Saat ini koalisi Netanyahu sangat rentan, mayoritas dengan hanya kelebihan satu kursi di antara 120 anggota parlemen. Partai lainnya juga mengancam akan mundur jika Netanyahu tidak mendengar aspirasi mereka.
Menteri Pendidikan Israel Naftali Bennett telah mengancam akan menarik partainya, Jewish Home, dari koalisi jika dia tidak ditunjuk jadi menhan baru. Rencananya Bennett dan Menteri Kehakiman Ayelet Shaked -juga dari Partai Jewish Home- akan menyatakan apakah tetap bersama koalisi atau tidak pada awal pekan ini.
Jika Jewish Home keluar, maka Likud kehilangan mayoritas. Netanyahu diperkirakan terpaksa menggelar pemilu dini paling cepat Maret mendatang, bukan November seperti yang dijadwalkan. Peluang Netanyahu jadi PM Israel untuk kelima kalinya juga terancam gagal.
Netanyahu berupaya keras tetap menyatukan koalisi, mengatakan dia punya strategi jitu soal Gaza yang akan dikeluarkan jika waktunya tepat. Bersatunya koalisi, kata Netanyahu, adalah demi keamanan Israel.
"Kami punya satu tahun penuh hingga pemilu. Kami di tengah kampanye dan jangan keluar di tengah kampanye atau bermain politik. Saya tidak katakan pada malam ini kapan akan bertindak dan bagaimana. Saya punya rencana. Saya tahu yang harus dilakukan dan kapan melakukannya," kata Netanyahu.
Posisi Netanyahu sendiri tengah terancam bukan hanya karena kisruh politik, tapi juga penyelidikan korupsi terhadap dirinya. Polisi tengah menyelidiki dua kasus penyuapan dan penyalahgunaan kekuasaan terhadap Netanyahu. Pemimpin Israel berusia 69 tahun ini membantah tudingan tersebut.
Sumber : kumparan