![]() |
ilustrasi |
SUARAaktual.co | Jakarta -
Menurunnya harga minyak sawit mentah atau crude palm oil di pasar memberikan
dampak terhadap bisnis PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS). Di mana emiten
produsen sawit ini memperkirakan pendapatan sampai akhir tahun ini akan
mengalami penurunan setidaknya 5%.
“Hingga akhir tahun pendapatan berpotensi turun single digit kurang dari
5%," kata Direktur Utama Sawit Sumbermas, Vallauthan
Subraminam, dikutip dari Harian Neraca, Jakarta, Selasa (23/10/2018).
Maka untuk mengantisipasi penurunan harga tersebut,
perusahaan terus mendongkrak produksi CPO-nya. Tahun ini saja produksi CPO
perusahaan mengalami peningkatan sebesar 20%-25% dibandingkan tahun lalu.
Selain itu,Vallauthan juga menyebutkan SSMS diuntungkan dengan depresiasi
Rupiah karena penjualan yang dilakukan dalam dolar kemudian dikonversi menjadi
Rupiah. Di tahun ini tanaman inti perusahaan tengah dalam tingkat maturity
sehingga produksi perusahaan di tahun ini sedang mengalami peningkatan di 71 ribu
hektar lahan tertanamnya.
Untuk mengantisipasi jumlah produksi tandan buah segar (TBS) tersebut,
perusahaan tengah melakukan pembangunan tiga pabrik kelapa sawit (PKS) baru
pada tahun 2019. Saat ini perusahaan memiliki 6 PKS dengan kapasitas produksi
300 ribu ton per jam, sementara tiga pabrik barunya ini nantinya seluruhnya
akan memiliki kapasitas produksi sebesar 180 ribu ton per jam.
Targetnya, satu dari pabrik baru ini akan bisa selesai
di akhir tahun ini dan dua lainnya akan selesai di akhir 2019 mendatang.”Tahun
depan revenue akan tumbuh kurang lebih antara 10%-15% karena produksi kita
naik. Tahun depan juga kita expect harga di pasar dunia akan improve
sedikit," ujarnya.
Mulai tahun depan perusahaan juga berencana untuk
menambah jumlah lahan penanamannya hingga mencapai 13 ribu hektar dalam tiga
tahun. Untuk itu dalam rangka pengembangan perusahaan di tahun depan,
Vallauthan mengatakan bahwa perusahaan akan menganggarkan belanja modal
(capital expenditure/capex) sebesar Rp500 miliar-Rp530 miliar yang seluruhnya
akan berasal dari dana internal perusahaan.
Nantinya penggunaan dana capex diantaranya untuk mendirikan pabrik kelapa
sawit baru dan pengelolaan lahan. Disebutkan, pembangunan pabrik sudah
dilakukan di awal tahun dan dua lagi di tahun depan. Maka dengan demikian, pada
akhir tahun 2019 total pabrik yang dimiliki akan menjadi 9 pabrik.
Direktur Utama SSMS Vallauthan Subraminam mengatakan, saat ini pihaknya
telah memiliki enam pabrik kelapa sawit yang sudah beroprasi dengan kapasitas
produksi mencapai 300.000 ton per jam. SSMS akan menambah tiga pabrik kelapa
sawit baru pada tahun 2019. Saat ini, SSMS baru memiliki 82.000 hektare lahan
inti dan plasma.
Dalam tiga tahun ke depan, perusahaan ini mengincar perluasan kebun hingga
mencapai 95.000 hektare. Ini merupakan salah satu strategi perusahaan dalam
mengatasi gejolak harga minyak sawit yang trennya menurun. Kemudian berdasarkan
hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) menyetujui menangkat mantan
direktur utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito sebagai komisaris
independen perusahaan.
Sumber : okezone