![]() |
Gerhana bulan parsial. mreclipse.com |
JAKARTA - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Amirsyah Tambunan menganjurkan umat muslim untuk melakukan salat kusufain atau salat gerhana bulan. Menurut Amirsyah, gerhana merupakan fenomena alam yang menandakan kebesaran Allah SWT. "Itu bukti kebesaran Allah dengan melihat adanya gerhana," kata Amirsyah saat dihubungi sperti dikutipTempo, Selasa, 30 Januari 2018.
Salat kusufain adalah salat yang dilakukan saat terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan. Salat yang dilakukan saat berlangsung gerhana matahari disebut salat kusuf, sedangkan salat gerhana bulan disebut dengan salat khusuf.
Salat gerhana didasarkan oleh hadits:“Telah terjadi gerhana matahari pada hari wafatnya Ibrahim putra Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Berkatalah manusia: Telah terjadi gerhana matahari karana wafatnya Ibrahim. Maka bersabdalah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam “Bahwasanya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah. Allah mempertakutkan hamba-hambaNya dengan keduanya. Matahari gerhana, bukanlah karena matinya seseorang atau lahirnya. Maka apabila kamu melihat yang demikian, maka hendaklah kamu salat dan berdoa sehingga selesai gerhana.” (HR. Bukhari & Muslim).
Hadits lain yang diriwayatkan Al Bukhari, Muslim dan Ahmad, menguatkan. “Darj Aisyah (diriwayatkan) bahwa pernah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah SAW, maka ia lalu menyuruh orang menyerukan ‘ash-shalatu jami‘ah’. Kemudian beliau maju, lalu mengerjakan salat empat kali rukuk dalam dua rakaat dan empat kali sujud."
Menurut Amirsyah, dengan gerhana juga menyumbang adanya perkembangan teknologi tentang hisab atau perhitungan peredaran bumi dan bulan. Manusia, kata dia, jadi bisa menghitung peredaran bulan maupun bumi yang mengelilingi matahari. "Gerhana ini menyumbang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi," ucap Amirsyah.
Adapun ketetapan untuk melakukan salat gerhana telah ada saat Muktamar Tarjih XX di Garut pada 18-23 Rabiul Akhir 1386 /18-23 April 1976. Hasil musyawarah tersebut menyerukan agar ketika terjadi gerhana matahari atau bulan maka hendaklah mengerjakan salat dua rakaat,
Pada tiap rakaat berdiri dua kali, ruku dua kali, sujud dua kali, serta pada tiap rakaat membaca surat Al-Fatihah dan surat panjang, yang dibacakan dengan nyaring. Dan pada tiap ruku dan sujud membaca tasbih lama-lama.
"Selesai salat gerhana bulani biasanya Imam akan berdiri dan menyampaikan tanda kebesaran Allah, lewat gerhana. Lalu menganjurkan membaca istighfar, sedekah dan berbuat amalan baik," ucapnya.