SUARAaktual.co- Suhu politik di Indonesia kini kian memanas, terlebih mendekati Pilkada 2018dan Pilpres 2019. Terutama sejak pertemuan Ketua Umum (Ketum) partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Ketumpartai Gerindra Prabowo Subiantomemunculkan isu koalisi untuk Pilpres 2019.
Namun hal itu dibantah oleh Direktur SMRC, Sirojudin Abbas yang menyebut keduanya sulit untuk berkoalisi. Abbas menilai pertemuan itu hanya untuk pemahaman agenda bersama terkait Pilpres 2019.
"Soal hubungan masa lalu antara SBY dan Prabowo. Sulit mencarit informasi dan data hubungan mereka positif. Pak SBY berkali-kali menghindari itu. SBY salah satu jenderal yg merekomendasikn Prabowo di pecat. Saya melihat pertemuan di Cikeas bukan koalisi tapi pemahaman agenda bersama aja 2019," kata Abbas di D'Hotel, Menteng, Jakarta, Minggu (30/7).
Politikus PKB sekaligus anggota komisi VIII DPR, Maman Imanulhaq menyebut hingga Pilpres 2019, politik di Indonesia masih sangat cair dengan berbagai kemungkinan yang ada. Termasuk soal Joko Widodo(Jokowi) yang diperhitungkan maju Pilpres 2019.
Ia menengok Pilkada DKI 2017 dimanaBasuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang populer kalah oleh pasangan Anies-Sandiaga. Kekalahan Ahok disebutnya dapat juga terjadi pada Jokowi. Begitu juga sosok Ketua UmumGerindra Prabowo Subianto yang selalu menang ketika mengusung calon.
"Politik semua mungkin. Prabowo sudah tiga kali nyaloni capres atau cawapres dan kalah. Tapi kalau dia dukung (calon) jadi semua. Dukung Ahok jadi, Anies jadi. Dukung Jokowijuga jadi. Kecuali dirinya enggak jadi," jelas Maman.
Senada dengan Maman, Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkaian menyebut sosok Prabowo sengaja mengalah daripada maju dalam bursa Pilpres 2019.
"Apakah Prabowo mau menyerahkan, saya bisa lihat dua hal. Kalau dilihat gejala, Prabowo lebih senang mengalah daripada mengambil jatah. Enggak mengusung kader sendiri tapi Anies-Sandi jadi. Termasuk Ahokdan Jokowi," tutup Ray. (Shemi/arah.com)